{"id":348,"date":"2011-02-21T12:59:43","date_gmt":"2011-02-21T05:59:43","guid":{"rendered":"http:\/\/www.duaransel.com\/?p=348"},"modified":"2014-05-22T01:33:33","modified_gmt":"2014-05-21T18:33:33","slug":"bali-monyet-oh-monyet","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/www.duaransel.com\/asia\/indonesia\/bali-monyet-oh-monyet\/","title":{"rendered":"Bali: Monyet Oh Monyet!"},"content":{"rendered":"

Monyet yang pertama kalinya aku lihat mungkin adalah monyet peliharaan seorang saudara sepupu di dalam kerangkeng yang seingatku ganasnya luar biasa dan suka makan cicak. Selain itu, aku juga pernah melihat monyet di balik jeruji di kebun binatang Surabaya.<\/p>\n

Kenangan indah pertama dengan monyet adalah waktu pergi ke hutan monyet Sangeh di Bali bersama keluarga sewaktu saya masih kelas 1-2 SD. Saya lansung jatuh cinta pada hewan kecil lucu ini yang nakalnya minta ampun. Seekor monyet sempat lompat ke atas kepala dan nangkring di sana. Walaupun pertamanya agak was-was, tapi agak kelamaan saya malah senang sekali, rasanya unik sekali ada monyet bertengger di kepala. Sekalian pijat kepala gratis.<\/p>\n

\"Rapat<\/a>

Rapat para monyet. Ubud, Bali<\/p><\/div>\n

Dalam liburan yang sama, kami sempat ke Uluwatu, sebuah pura di atas tebing menghadapi ke lautan, yang terletak di hutan bermonyet. Kali ini monyetnya jauh lebih besar dan menakutkan daripada yang di Sangeh, jadi lebih dag dig dug. Seekor monyet sempat menendang majalah baru ayah saya yang diletakkan di pagar pembatas tebing sewaktu dia sibuk memotret kami. Alhasil, majalah yang belum dibaca itu melayang jatuh ke permukaan air laut, nun jauh di bawah sana. Ah, sial! Tapi semuanya malah tertawa sih.<\/p>\n

\"Monyet<\/a>

Monyet mencari kutu. Ubud, Bali<\/p><\/div>\n

Kenangan buruk pertama tentang monyet terjadi sewaktu saya duduk di kelas 6 SD. Sekolah kami mengadakan wisata perpisahan di Bali. Sangeh adalah tempat wisata wajib, jadi grup sekolah kami pun ke sana. Dengan pedenya saya berjalan di antara teman-teman yang takut-takut dengan monyet. Saya merasa pede saja karena sudah beberapa kali ke hutan monyet Sangeh. Namun baru saja kami menapakkan kaki di kawasan pura, seekor monyet rupanya mengira saya punya makanan untuknya. Dia melompat ke pinggang saya dan merogoh ke dalam kantong celana. Karena tangan saya berada di dekat situ, otomatis saya tarik supaya tidak menghalangi si monyet. Tapi ternyata tindakan itu salah besar! Entah si monyet jadi jengkel atau marah, buntut-buntutnya adalah pergelangan tanganku digigitnya! Darah mengucur deras dari luka lurus sepanjang 1 cm, hanya berjarak 1 cm dari urat nadiku. Duh, seramnya. Pak Guru, Bu Guru, tolong dong!<\/p>\n

\"Monyet<\/a>

Monyet mencari pisang. Ubud, Bali<\/p><\/div>\n

Sobat-sobat karibku memilih untuk meneruskan perjalanan ke dalam kawasan pura, kurang tertarik dengan kejadian ini. Seorang guru menggiringku mencari orang yang bisa mengobati lukaku. Seorang pedagang suvenir memiliki perlengkapan P3K, dan dengan baik hatinya ia membersihkan lukaku, memberi obat luka, dan membebatnya dengan kain kasa. Setelah saya tenang dan darah tidak bercipratan ke mana-mana lagi, barulah saya sadar: Saya ditinggal sendirian! Saya seorang diri! Ke mana guru yang tadi mengantarkanku ke sini? Tanya ke orang-orang sekitar, tidak ada yang tahu. Saya, umur 12, ditinggal di hutan monyet bersama pedagang setempat. Guru oh guru, kok saya ditinggal begini sih?<\/p>\n

\"Monyet<\/a>

Monyet, jangan kau makan salak Baliku!<\/p><\/div>\n

Mulailah saya lari-lari dengan paniknya. Saya berlari memasuki wilayah pura yang banyak monyetnya. Waktu itu saya lebih takut hilang daripada takut digigit monyet lagi. Namun tidak ada satupun orang yang saya kenal di sana. Tidak tahu kemanakah mereka berbelok. Lari sana, lari sini. Tanya sana, tanya sini. Tidak ada yang lihat rombongan sekolah dasar. Duh, bagaimana nih?<\/p>\n

\"Monkey<\/a>

Monkey mom and the baby. Ubud, Bali<\/p><\/div>\n

Saya pun kembali ke pintu masuk, mencari bis sekolah. Bis sekolah tadi menurunkan semua murid di sini, namun mereka telah beranjak dari tempat tersebut untuk parkir. Tanya-tanya orang setempat di mana lapangan parkir bis, jawabannya ada berbeda-beda. Tunjuk sana tunjuk sini, dan saya tidak tahu mana yang harus saya ikuti. Saya jadi khawatir hilang beneran. Apalagi saya tidak bawa identitas, catatan nomor telepon penting, uang, botol air minum, ataupun lain-lainnya. Semua ditinggal di bis karena takut direbut monyet. Jadilah saya lari-lari serabutan ke sana-sini. Kawasan ini rasanya menjadi seluas dunia, dan saya merasa menyusut menjadi kecil sekali. Setelah setengah jam yang rasanya seabad lamanya, setelah tanya lebih dari 20 orang dan berlari ke 20 arah yang berlawanan, setelah mengecek banyak bus pariwisata yang terparkir di sana-sini, akhirnya, syukurlah, ketemu juga bisnya!<\/p>\n

\"Monyet<\/a>

Monyet bermain di kolam. Ubud, Bali<\/p><\/div>\n

Pak Supir, ijinkan saya masuk. Baru saja digigit monyet di dekat nadi. Ditinggal guru, ditinggal grup! Habis kesasar dan lari-lari, harus minum air, bolehkan saya masuk ya!<\/p>\n

Saya menghempaskan diri ke kursi di dalam bis, menggelogok air sebanyak-banyaknya, dan puih, akhirnya saya pun bisa bernapas lega!<\/p>\n

Begitulah kejadiannya, kawan. Akibat itu, saya agak trauma pada monyet. Bekas luka gigitan sepanjang 1 cm di dekat nadi menjadi bukti bahwa kejadian itu bukan khayalan belaka. Pasti lebih mengerikan lagi kalo gigitannya pas di dekat nadi, duh!<\/p>\n

\"Keluarga<\/a>

Keluarga monyet di hutan monyet Ubud, Bali. Perhatian sekali orang tuanya, memastikan bahwa si monyet kecil tidak terjatuh.<\/p><\/div>\n

Namun kejadian ini sudah lama sekali. Tahun 2009 kemarin, hubby dan saya sempat mengunjungi pulau Bali. Dan tebak, saya ngotot untuk pergi ke hutan monyet! Tante saya yang tinggal di Bali serta anak dan temannya berbaik hati mengantarkan kami ke hutan monyet. Tante bilang, jangan pergi ke Sangeh, monyet di situ semakin nakal sekarang. Lebih baik ke daerah Ubud saja, di situ monyetnya lebih baik-baik. Saya dan hubby hanya mengangguk-angguk saja. Kami pergi ke hutan monyet Ubud, dan benar-benar puas melihat kenakalan monyet di sana. Keesokan harinya, kami menyempatkan diri ke Uluwatu untuk menikmati sunset, dan kami menikmati sunset<\/a> ini bersama para monyet Uluwatu yang besar-besar dan selalu berusaha merampok kacamata saya. Sunsetnya luar biasa, bahkan monyetnya pun fotogenik juga.<\/p>\n

Monyet oh monyet, walaupun kamu nakal begitu, aku tetap ingin bertemu denganmu di alam bebas!<\/strong><\/p>\n

\"Monyet<\/a>

Monyet pun suka menonton sunset. Uluwatu, Bali.<\/p><\/div>\n

Note: Semua foto di atas diambil pada tahun 2009 pada saat kunjungan ke Bali bersama suami di Ubud dan Uluwatu.<\/em><\/p>\n

Ayo cerita pengalamanmu bermonyet-ria di kolom comment di bawah ini!<\/strong><\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

Monyet yang pertama kalinya aku lihat mungkin adalah monyet peliharaan seorang saudara sepupu di dalam kerangkeng yang seingatku ganasnya luar biasa dan suka makan cicak. Selain itu, aku juga pernah melihat monyet di balik jeruji di kebun binatang Surabaya. Kenangan indah pertama dengan monyet adalah waktu pergi ke hutan monyet Sangeh di Bali bersama keluarga […]<\/p>\n","protected":false},"author":1,"featured_media":356,"comment_status":"open","ping_status":"open","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":[],"categories":[51],"tags":[355,113,186,112,351,110],"_links":{"self":[{"href":"https:\/\/www.duaransel.com\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/348"}],"collection":[{"href":"https:\/\/www.duaransel.com\/wp-json\/wp\/v2\/posts"}],"about":[{"href":"https:\/\/www.duaransel.com\/wp-json\/wp\/v2\/types\/post"}],"author":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.duaransel.com\/wp-json\/wp\/v2\/users\/1"}],"replies":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.duaransel.com\/wp-json\/wp\/v2\/comments?post=348"}],"version-history":[{"count":2,"href":"https:\/\/www.duaransel.com\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/348\/revisions"}],"predecessor-version":[{"id":4652,"href":"https:\/\/www.duaransel.com\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/348\/revisions\/4652"}],"wp:featuredmedia":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/www.duaransel.com\/wp-json\/wp\/v2\/media\/356"}],"wp:attachment":[{"href":"https:\/\/www.duaransel.com\/wp-json\/wp\/v2\/media?parent=348"}],"wp:term":[{"taxonomy":"category","embeddable":true,"href":"https:\/\/www.duaransel.com\/wp-json\/wp\/v2\/categories?post=348"},{"taxonomy":"post_tag","embeddable":true,"href":"https:\/\/www.duaransel.com\/wp-json\/wp\/v2\/tags?post=348"}],"curies":[{"name":"wp","href":"https:\/\/api.w.org\/{rel}","templated":true}]}}