Bali: Monyet Oh Monyet!

Monyet yang pertama kalinya aku lihat mungkin adalah monyet peliharaan seorang saudara sepupu di dalam kerangkeng yang seingatku ganasnya luar biasa dan suka makan cicak. Selain itu, aku juga pernah melihat monyet di balik jeruji di kebun binatang Surabaya.

Kenangan indah pertama dengan monyet adalah waktu pergi ke hutan monyet Sangeh di Bali bersama keluarga sewaktu saya masih kelas 1-2 SD. Saya lansung jatuh cinta pada hewan kecil lucu ini yang nakalnya minta ampun. Seekor monyet sempat lompat ke atas kepala dan nangkring di sana. Walaupun pertamanya agak was-was, tapi agak kelamaan saya malah senang sekali, rasanya unik sekali ada monyet bertengger di kepala. Sekalian pijat kepala gratis.

Rapat para monyet. Ubud, Bali

Rapat para monyet. Ubud, Bali

Dalam liburan yang sama, kami sempat ke Uluwatu, sebuah pura di atas tebing menghadapi ke lautan, yang terletak di hutan bermonyet. Kali ini monyetnya jauh lebih besar dan menakutkan daripada yang di Sangeh, jadi lebih dag dig dug. Seekor monyet sempat menendang majalah baru ayah saya yang diletakkan di pagar pembatas tebing sewaktu dia sibuk memotret kami. Alhasil, majalah yang belum dibaca itu melayang jatuh ke permukaan air laut, nun jauh di bawah sana. Ah, sial! Tapi semuanya malah tertawa sih.

Monyet mencari kutu. Ubud, Bali

Monyet mencari kutu. Ubud, Bali

Kenangan buruk pertama tentang monyet terjadi sewaktu saya duduk di kelas 6 SD. Sekolah kami mengadakan wisata perpisahan di Bali. Sangeh adalah tempat wisata wajib, jadi grup sekolah kami pun ke sana. Dengan pedenya saya berjalan di antara teman-teman yang takut-takut dengan monyet. Saya merasa pede saja karena sudah beberapa kali ke hutan monyet Sangeh. Namun baru saja kami menapakkan kaki di kawasan pura, seekor monyet rupanya mengira saya punya makanan untuknya. Dia melompat ke pinggang saya dan merogoh ke dalam kantong celana. Karena tangan saya berada di dekat situ, otomatis saya tarik supaya tidak menghalangi si monyet. Tapi ternyata tindakan itu salah besar! Entah si monyet jadi jengkel atau marah, buntut-buntutnya adalah pergelangan tanganku digigitnya! Darah mengucur deras dari luka lurus sepanjang 1 cm, hanya berjarak 1 cm dari urat nadiku. Duh, seramnya. Pak Guru, Bu Guru, tolong dong!

Monyet memanjat kaki. Ubud, Bali

Monyet mencari pisang. Ubud, Bali

Sobat-sobat karibku memilih untuk meneruskan perjalanan ke dalam kawasan pura, kurang tertarik dengan kejadian ini. Seorang guru menggiringku mencari orang yang bisa mengobati lukaku. Seorang pedagang suvenir memiliki perlengkapan P3K, dan dengan baik hatinya ia membersihkan lukaku, memberi obat luka, dan membebatnya dengan kain kasa. Setelah saya tenang dan darah tidak bercipratan ke mana-mana lagi, barulah saya sadar: Saya ditinggal sendirian! Saya seorang diri! Ke mana guru yang tadi mengantarkanku ke sini? Tanya ke orang-orang sekitar, tidak ada yang tahu. Saya, umur 12, ditinggal di hutan monyet bersama pedagang setempat. Guru oh guru, kok saya ditinggal begini sih?

Monyet makan salak Bali. Ubud, Bali

Monyet, jangan kau makan salak Baliku!

Mulailah saya lari-lari dengan paniknya. Saya berlari memasuki wilayah pura yang banyak monyetnya. Waktu itu saya lebih takut hilang daripada takut digigit monyet lagi. Namun tidak ada satupun orang yang saya kenal di sana. Tidak tahu kemanakah mereka berbelok. Lari sana, lari sini. Tanya sana, tanya sini. Tidak ada yang lihat rombongan sekolah dasar. Duh, bagaimana nih?

Monkey mom and the baby. Ubud, Bali

Monkey mom and the baby. Ubud, Bali

Saya pun kembali ke pintu masuk, mencari bis sekolah. Bis sekolah tadi menurunkan semua murid di sini, namun mereka telah beranjak dari tempat tersebut untuk parkir. Tanya-tanya orang setempat di mana lapangan parkir bis, jawabannya ada berbeda-beda. Tunjuk sana tunjuk sini, dan saya tidak tahu mana yang harus saya ikuti. Saya jadi khawatir hilang beneran. Apalagi saya tidak bawa identitas, catatan nomor telepon penting, uang, botol air minum, ataupun lain-lainnya. Semua ditinggal di bis karena takut direbut monyet. Jadilah saya lari-lari serabutan ke sana-sini. Kawasan ini rasanya menjadi seluas dunia, dan saya merasa menyusut menjadi kecil sekali. Setelah setengah jam yang rasanya seabad lamanya, setelah tanya lebih dari 20 orang dan berlari ke 20 arah yang berlawanan, setelah mengecek banyak bus pariwisata yang terparkir di sana-sini, akhirnya, syukurlah, ketemu juga bisnya!

Monyet bermain di kolam. Ubud, Bali

Monyet bermain di kolam. Ubud, Bali

Pak Supir, ijinkan saya masuk. Baru saja digigit monyet di dekat nadi. Ditinggal guru, ditinggal grup! Habis kesasar dan lari-lari, harus minum air, bolehkan saya masuk ya!

Saya menghempaskan diri ke kursi di dalam bis, menggelogok air sebanyak-banyaknya, dan puih, akhirnya saya pun bisa bernapas lega!

Begitulah kejadiannya, kawan. Akibat itu, saya agak trauma pada monyet. Bekas luka gigitan sepanjang 1 cm di dekat nadi menjadi bukti bahwa kejadian itu bukan khayalan belaka. Pasti lebih mengerikan lagi kalo gigitannya pas di dekat nadi, duh!

Keluarga monyet di hutan monyet Ubud, Bali

Keluarga monyet di hutan monyet Ubud, Bali. Perhatian sekali orang tuanya, memastikan bahwa si monyet kecil tidak terjatuh.

Namun kejadian ini sudah lama sekali. Tahun 2009 kemarin, hubby dan saya sempat mengunjungi pulau Bali. Dan tebak, saya ngotot untuk pergi ke hutan monyet! Tante saya yang tinggal di Bali serta anak dan temannya berbaik hati mengantarkan kami ke hutan monyet. Tante bilang, jangan pergi ke Sangeh, monyet di situ semakin nakal sekarang. Lebih baik ke daerah Ubud saja, di situ monyetnya lebih baik-baik. Saya dan hubby hanya mengangguk-angguk saja. Kami pergi ke hutan monyet Ubud, dan benar-benar puas melihat kenakalan monyet di sana. Keesokan harinya, kami menyempatkan diri ke Uluwatu untuk menikmati sunset, dan kami menikmati sunset ini bersama para monyet Uluwatu yang besar-besar dan selalu berusaha merampok kacamata saya. Sunsetnya luar biasa, bahkan monyetnya pun fotogenik juga.

Monyet oh monyet, walaupun kamu nakal begitu, aku tetap ingin bertemu denganmu di alam bebas!

Monyet besar menikmati matahari tenggelam di Uluwatu, Bali

Monyet pun suka menonton sunset. Uluwatu, Bali.

Note: Semua foto di atas diambil pada tahun 2009 pada saat kunjungan ke Bali bersama suami di Ubud dan Uluwatu.

Ayo cerita pengalamanmu bermonyet-ria di kolom comment di bawah ini!

Tags: , , , , ,

11 Responses to “Bali: Monyet Oh Monyet!”

  1. ansella males login
    22 February 2011 at 10:18 am #

    itu namanya Macaca fascicularis 🙂 objek penelitian skripsiku dulu ^^

    • Dina
      25 February 2011 at 9:43 am #

      Very cool! Kamu di biologi atau apa?

  2. minul
    23 February 2011 at 12:17 pm #

    Bojog(Monyet)di Bali baik yang di Sangeh,Ubud,Uluwatu maupun di kelokan Munduk Singaraja syarat utamanya khusus kaum perempuan tidak sedang dalam keadaan ‘M’ saat mencium aroma khusus itu membuat sang monyet menjadi agressif,selain itu di sangeh atau Uluwatu bagi pengunjung yang menggunakan pakaian diatas lutut wajib menggunakan kamen(kain)dan ikat pinggang selendang kain atau biasa disebut anteng,kita boleh pinjam ke pemangku(juru kunci)yang akan dengan senang hati melayani dengan membantu kita untuk dapat mengenakannya dengan baik dan benar.Untuk bantuan itu pemangku tidak menentukan tarif alias sukarela gak dibayar pun gak apa,oleh pemangku uang yang diterima-pun akan dijadikan sebagai dana Punia (dana sukarela)jadi dana yang diterima akan digunakan untuk membantu perawatan Pura,and so jangan lupa jika usai menerima pelayanan dari bapak/ibu pemangku tangkupkan kedua telapak tangan memberi salam sambil senyum ucapkan ;matur suksma….artinya terimakasih…maka sempurnalah kunjungan kita dengan suasana indah saling menghormati.
    Peraturan menggunakan pakaian penutup tambahan seperti itu hanya bila pengunjung akan memasuki obyek wisata yang sekaligus menjadi tempat suci seperti Pura(Tempat Ibadah Umat Hindu),karenanya bagi pengunjung wanita yang sedang ‘berhalangan bulanan’ tidak diizinkan masuk obyek wisata yang sekaligus menjadi tempat suci tersebut.Bila peraturan ini dilanggar believe it or not akan ada saja kesialan yang menimpa kita,lagian apa ruginya sih kalau kita tertib pakai kamen dan anteng itu malah tambah gaya dan cantik kok hehehe..so kalau di ceprat cepret kamera gambar difoto jadi mudah dikenali ooO.. ini waktu di Bali,sebab dimana lagi tempat wisata di Dunia yang seindah pulau Dewata eh iyo opo iyo tha?(hehehe..narsis sama negerinya sendiri boleh khan Din?)
    Dina,mong omong posisi sudah dimana nih?lha kok ucul cerita Bali sih? (hehehe…wont to knooooow adza!)

    • Dina
      25 February 2011 at 9:46 am #

      Dulu itu belum “dapet” sih, mungkin monyetnya cinta sama aku aja karena mirip :p Haha

      Joking aside, thank you banget infonya. Berguna bagi para calon pelanggar tata tertib pura di Bali.

      Ini cerita lama kok, waktu masih SD. Akhir tahun 2009 juga sempat mampir ke sana lagi, tapi monyetnya lebih suka manjat hubby daripada aku.

  3. monik
    25 February 2011 at 2:03 pm #

    aku paling benci ama monyet sampe skrang, kejadiannya wktu d bali juga, jadi wktu itu kita sekeluarga pergi ke tempat monyet2.. tiba2 ada monyet nemplok dipundakku dan main ngambil topi trus nyopot giwang aku sampe kupingku berdarah…
    pas kita ke uluwatu sama juga kejadiannya tpi yang ngalamin kali ini temen bokap, jadi dia kacamatanya diambil trus digigtin ampe bengkok gagangnya. Dan parahnya hapenya dibuang kelaut hahahaha akhirnya pihak dari uluwatunya minta maap deh tp kenuru tmn bokap kesel dan milih ntuk pulang

    • Dina
      6 March 2011 at 3:14 am #

      Hah!!!! Ya ampun, nyopot giwang sampe berdarah? serem amat 🙁 Baik ya pihat Uluwatu minta maap, tapi HPnya ndak kembali dong… Untung bokap gue dulu cuman majalah aja. Ga heran deh kalo sampe benci ma monyet 🙁

  4. starlet
    1 March 2011 at 10:42 am #

    Pas ke Bali taon 2009 ngajakin Cesar, kita bayar an extra 5000 untuk anak2 yang bantuin kembaliin kaca mata Mama. LOL>

    • Dina
      6 March 2011 at 3:03 am #

      Hahaha

  5. minul
    2 March 2011 at 1:54 pm #

    Uh! masih bagus cuma kacamata,kadang dompet atau tas tangan kita lho..
    biasanya sih ada pawang yang bantuin kejar si monyet untuk mengembalikan,
    seru juga sih;anggap aja bonus dan dapet pertunjukan kagetan gratis!

    • Dina
      6 March 2011 at 3:04 am #

      pertunjukan gratis, hehehe

  6. fajar
    12 October 2011 at 8:16 am #

    hahaha….jadi inget di ulu watu……di cakar abang monyet…….untuk kagak rabies tuh monyet…..hehehe

Leave a Reply